Banyak orang mengira kebocoran data selalu disebabkan oleh serangan siber yang canggih. Faktanya, sebagian besar insiden justru berawal dari faktor manusia — kelalaian yang tampak sepele, tetapi berpotensi membawa konsekuensi besar bagi perusahaan.
Menurut berbagai studi keamanan informasi, lebih dari 80% kebocoran data dipicu oleh human error, bukan serangan hacker. Ini berarti ancaman terbesar terhadap data perusahaan sering kali datang dari dalam, bukan dari luar.
Ketika Kesalahan Kecil Menjadi Bencana Besar
Dalam praktiknya, bentuk human error bisa sangat beragam.
Mulai dari salah kirim email yang berisi data pelanggan ke pihak eksternal, mengunggah file sensitif ke cloud publik, mencetak dokumen rahasia tanpa pengawasan, hingga membawa data keluar lewat perangkat portabel seperti flashdisk.
Sekilas tampak remeh, namun dampaknya bisa serius:
- Reputasi perusahaan rusak di mata publik dan regulator.
- Kerugian finansial yang mencapai miliaran rupiah untuk pemulihan dan kompensasi.
- Sanksi hukum akibat pelanggaran perlindungan data pribadi.
- Dan yang paling berbahaya — hilangnya kepercayaan pelanggan.
Dalam konteks regulasi seperti UU No. 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi (PDP), perusahaan tak lagi bisa bergantung hanya pada kepatuhan individu. Diperlukan pendekatan yang sistematis dan terukur untuk mencegah data keluar jalur.
Peran Penting Data Loss Prevention (DLP)
Di sinilah Data Loss Prevention (DLP) berperan.
Teknologi ini bukan sekadar mendeteksi kebocoran data, tapi juga mencegah terjadinya insiden sejak awal — dengan mengontrol bagaimana data disimpan, digunakan, dan dibagikan.
DLP modern seperti Forcepoint Data Loss Prevention melangkah lebih jauh dari sekadar pencarian kata kunci. Ia memahami konteks data, mengenali pola penggunaan yang berisiko, serta mengambil tindakan otomatis seperti memblokir atau mengkarantina file sebelum kebocoran terjadi.
Dengan demikian, perusahaan tidak hanya terlindung secara teknis, tetapi juga mampu menjaga kepatuhan terhadap regulasi seperti UU PDP, ISO 27001, hingga standar keamanan industri keuangan.
Langkah Awal Implementasi DLP yang Efektif
Penerapan DLP bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal strategi dan budaya.
Beberapa langkah penting yang bisa menjadi pondasi awal antara lain:
- Klasifikasi data sensitif — pahami data apa yang paling kritis bagi bisnis Anda.
- Susun kebijakan pencegahan yang selaras dengan proses bisnis dan regulasi.
- Edukasi karyawan agar memahami risiko kebocoran data dan tanggung jawab mereka.
- Gunakan solusi adaptif yang mampu menyesuaikan dengan perubahan pola kerja, termasuk mobilitas dan penggunaan cloud.
DLP: Bukan Pengganti, Tapi Penjaga Kesadaran Manusia
Pada akhirnya, teknologi DLP bukanlah pengganti kesadaran manusia.
Namun, ia menjadi lapisan perlindungan terakhir — sebuah safety net ketika kelalaian tak bisa dihindari.
Sebagai Partner resmi dari Forcepoint, PT Dymar Jaya Indonesia berkomitmen membantu organisasi di Indonesia membangun perlindungan data yang lebih kuat dan adaptif. Melalui pendekatan yang berfokus pada risiko dan perilaku, solusi DLP dari Forcepoint membantu perusahaan beralih dari sekadar compliance menuju confidence dalam menjaga data sensitif mereka.
Call to Action
🔐 Ingin tahu bagaimana Forcepoint DLP dapat melindungi data sensitif perusahaan Anda?
Hubungi PT Dymar Jaya Indonesia untuk konsultasi dan demonstrasi solusi yang tepat bagi b